WORKSHOP HASIL KEGIATAN NFP FACILITY FAO REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA
Manise Hotel, 08 November 2008
Maluku dan Maluku Utara merupakan 2 provinsi di Indonesia bagian Timur yang tersusun dari banyak pulau kecil. Kedua provinsi ini memiliki laju kerusakan hutan 2 -3 % tiap tahun, disamping juga memiliki luas lahan kritis kira-kira 2 juta hektar. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa ekosistem hutan pada pulau-pulau di Maluku dan Maluku Utara sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama akibat aktivitas manusia dan bencana alam. Selain itu kondisi masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan pada umumnya adalah miskin dan memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang rendah.
Selama ini pembangunan kehutanan di Maluku dan Maluku Utara hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Di lain pihak pemerintah daerah Maluku maupun Maluku Utara hampir tidak pernah mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membangun hutan. Pada hal hutan bagi Maluku dan Maluku Utara adalah sangat penting karena kedua provinsi ini merupakan wilayah yang mayoritas tersusun dari pulau-pulau kecil dengan resiko bencana alam yang sangat tinggi. Terkait dengan kondisi keuangan yang terbatas maka diperlukan terobosan-terobosan untuk memperoleh bantuan dana dari lembaga donor yang lain guna membangun hutan di kedua provinsi.
National Forestry Programe Facility (NFP-Facility) adalah sebuah lembaga dibawah FAO (Food and Agriculture Organization). Fungsi utama lembaga ini adalah membantu melakukan fasilitasi proses-proses pembangunan kehutanan nasional di seluruh dunia. Di Indonesia NFP Facility telah berproses sejak tahun 2000, tetapi di Maluku dan Maluku Utara baru dimulai sejak tahun 2006 dengan Fakultas Pertanian Unpatti sebagai Local partner. Pada Juli 2006 NFP Facility membantu Maluku dan Maluku Utara melalui sebuah workshop untuk menentukan arah program bantuan NFP Facility bagi pembangunan Kehutanan di Maluku dan Maluku Utara untuk tahun anggaran 2007/2008.
Tindak lanjut implementasi workshop Juli 2006, disetujui 6 kegiatan NFP Facility di Maluku dengan para pelaksana adalah Yayasan Inlulins di Kabupaten Maluku Tenggara, Yayasan Toma Lestari, Yayasan Hualopu dan Lembaga Kewang Haruku di Kabupaten Maluku Tengah, Yayasan Titamae dan Kelompok Studi Uwen di Kabupaten Seram Bagian Barat.
Yayasan Hualopu mempunyai kegiatan terfokus pada peningkatan peran masyarakat dalam manajemen hutan berkelanjutan di Pulau Nusalaut. Tujuan kegiatannya adalah membangun kesepakatan-kesepakatan antar masyarakat tentang peruntukan lahan bagi kawasan perlindungan dan konservasi serta meningkatkan kapasitas kelembagaan lokal dalam pengelolaan kawasan perlidungan dan konservasi.
Yayasan Inlulins mengarahkan kegiatannya pada pengembangan pengetahuan tradisional dalam manajemen hutan berkelanjutan untuk penyediaan air di Pulau Kei Kecil. Tujuan dari pada kegiatan ini adalah meningkatkan kesejahteraan-kemandirian dan kenyamanan masyarakat lokal, baik perempuan maupun lelaki pada kawasan OHOIFUNWARMANEU (Ohoinol, Marfun, Warwut, Semawi, Letvuan, Evu) serta masyarakat Pulau Kei Kecil dan Dullah melalui manajemen hutan berkelanjutan bagi kelestarian tanah dan air berbasis pengetahuan tradisional.
Kelompok Studi Desa Uwen melalui NFP Facility diperoleh kegiatan terkait penguatan hak masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Desa Uwen dan sekitarnya, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang unsur/kriteria masyarakat hukum adat di desa Uwen dan sekitarnya serta memperoleh kepastian batas kawasan / areal petuanan masyarakat adat.
Kewang Negeri Haruku mendapat bantuan kegiatan yang terarah pada penguatan kapasitas dan pendidikan lingkungan untuk komunitas di Negeri Haruku. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan peran masyarakat dalam pengelotaan sumberdaya alam.
Yayasan Titamae memperoleh kegiatan yang terkait dengan pengembangan model rehabilitasi lahan kritis dengan pola agroforestry di Dusun Sokowati, Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan lahan dengan pola agroforestry.
Yayasan Toma Lestari terkonsentrasi pada kegiatan perbaikan sistem pemanfaatan lahan berdasarkan pendekatan zonafikasi lahan di Desa Horale. Tujuan adalah untuk mengkaji bentuk pemanfaatan lahan berdasarkan pengetahuan lokal dan pengenalan model pendekatan zonafikasi lahan.
Workshop berlangsung di Manise Hotel Tanah Tinggi Ambon selama 1 hari dan dihadiri oleh 47 peserta yang berasal dari berbagai instansi terkait (Dinas Kehuatan Propinsi Maluku, Dinas Kehutanan Kota Ambon, Dinas Kehutanan Kapupaten Seram Bagian Barat, Dinas Kehutanan Kabupten Maluku Tengah, Taman Nasional Manusela, Balai Perbenihan Tanaman Hutan Maluku dan Papua, Balai pengelolaan DAS Waehapu-Batu Merah, Balai Konservasi Sumberdaya Alam, Bappeda Provinsi Maluku, Bappeda Kota Ambon, Bappedalda, Perguruan Tinggi dan NGO).
Metode workshop adalah seminar dan diskusi. 6 NGO dan CBO penerima bantuan dana NFP Facility melakukan penyajian makalah dalam bentuk seminar dan tanya jawab terkait permasalahan dari setiap aktivitas kerja di lapangan. Peserta kemudian memberi masukan-masukan dalam bentuk saran, komentar maupun tanya jawab. Selanjutnya dilakukan diskusi kelompok untuk membahas manfaat proses NFP Facility di Maluku dan Maluku Utara, serta arah kegiatan NFP Facility untuk progarm bantuan tahun 2009/2010. Dalam diskusi ini lahir sejumlah saran dan pendapat terkait peran dari pada NFP Facility bagi pembangunan kehutanan di Maluku dan Maluku Utara seperti perlu ditingkatkan bantuan NFP Facility pada tahun-tahun akan datang dengan fokus bantuan pada prioritas pembangunan kehutanan di Maluku dan Maluku Utara. Hasil diskusi merekomendaikan 2 issue terpenting pembangunan kehutanan untuk kegiatan berikut, yaitu : (1). memberdayakan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan, dan (2). Melakukan rehabilitasi dan konservasi hutan.
|