Yan E. Persulessy dan Daniel Amarduan
(Proyek Tata Guna Lahan Partisipatif Tanimbar )
Lambert Sianressy
(Ketua Latupati Tanimbar Utara)
Kepulauan Tanimbar dengan luas keseluruhan daratan 505.800 ha (Renstra Kab. Maluku Tenggara Barat, 2002) termasuk dalam kategori pulau kecil. Kepulauan Tanimbar ini memperlihatkan problem-problem sosial khusus yang dihadapi banyak pulau-pulau kecil di Indonesia, yang berpenduduk miskin dan terpencil. Tanimbar sendiri adalah salah satu kepulauan yang termiskin di Indonesia dengan rata-rata PDB tahunan sebesar Rp 920.000 (setara dengan $US 92), hanya 15% dari rata-rata Indonesia. Pembangunan apapun di Tanimbar perlu mempertimbangkan keterbatasan- keterbatasan lingkungan hidup. Tanimbar, seperti pulau-pulau kecil lainnya, memiliki kerapuhan lingkungan, selain itu, geologi tanah kapur berarti tanahnya tipis dan rentan terhadap pengikisan oleh air (erosi). Ukuran bukit-bukitnya yang kecil menyebabkan daerah aliran sungai (DASnya) kecil dan sungai-sungainya pendek. Akibatnya Yamdena sebagai pulau utama memiliki tanah dan persediaan air tawar yang terbatas, dan rentan terhadap kekeringan. Karena itu hutan pada daerah aliran sungai penting sekali bagi lingkungan disekitarnya seperti untuk menjaga kesuburan tanah dan menjamin ketersedian air. penduduk secara keseluruhan tinggal di pesisir, tetapi bergantung pada daerah aliran sungai di daerah pedalaman untuk air tawar selama musim kemarau. Kepulauan ini terutama bertanah kapur dengan jenis tanah rendols sebagai penutup atasnya, sehingga air hujan mengering dengan cepat dan humusnya tipis, mudah terkena erosi dan kurang subur. Persediaan air tanah sanagat sedikit, iklim tropis yang sangat kering pada periode-periode tertentu memberi tekanan pada sistem ekologi, dan sering terjadi kekurangan pangan dan air pada musim kemarau. Mata pencaharian terancam oleh eksploitasi sumber daya yang tidak dapat diperbaiki serta pembangunan yang kurang terencana terutama pada wilayah hutannya. Sistem penggunaan sumber daya yang tradisional telah diperlemah oleh konflik dengan sistem resmi yang dianggap modern, kedua sistem ini belum dapat menyesuaikan diri satu sama lain sehingga konflik pengelolaan terus terjadi di Tanimbar. Hutan sangat penting bagi kehidupan masyarakat Tanimbar, hutan merupakan ekosistem darat yang paling kompleks dan mempunyai peran sangat penting dalam menopang ekosistem darat lainnya terutama yang telah terdegradasi, terkonversi dan telah terokupasi oleh manusia untuk tujuan investasi dan pembangunan. Konsep-konsep pemanfaatan hutan untuk maksud pembangunan yang berkelanjutan yang coba diterapkan di Tanimbar saat ini berhadapan dengan kenyataan kondisi hutan yang terus menghadapi masalah deforestrasi dan degradasi hutan dan tanah, yang berarti mengancam investasi pembangunan sektor kehutanan serta sektor lainnya dan tujuan-tujuan mulia jangka panjang yang ingin dicapai.
Selanjutnya ...