Nico Pieter
(Ketua Assosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Provinsi Maluku)
Luas hutan di Maluku sebelum pemekaran Maluku/Maluku Utara adalah seluas 5,70 juta Ha. Sedangkan luas daratan adalah seluas 8,57 juta Ha setelah pemekaran, luas daratan Propinsi Maluku sekitar 5.969.842,51 Ha dan luas kawasan hutan tetap seluas 3.337.973 Ha memiliki sumber kekayaan alam, terdiri dari sumber alam non hayati dan sumber alam hayati, memiliki potensi modal untuk pembangunan, kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya. Selama tiga dekade terakhir sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan nasional dan pembangunan daerah Maluku, yang memberikan dampak positif antara lain; peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan wilayah terisolir dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya pengelolaan hutan sebagai bagian dari pembangunan nasional daerah dilakukan melalui suatu kegiatan yang terpadu dalam penguasaan, pengaturan, perlindungan, pengawetan, penataan, perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan hutan dan kehutanan guna meningkatkan mutu hutan dan mutu kehidupan masyarakat. Disisi lain pendekatan pembangunan kehutanan di Maluku secara sektoral di masa lalu telah menimbulkan masalah, antara lain; kesenjangan sosial antara pengusaha dan masyarakat di dalam dan sekitar hutan, konsentrasi pemilikan HPH, kesenjangan aspirasi masyarakat tentang hutan, dan lemahnya keberpihakan pemerintah pada pengusaha kecil dan menengah. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan pencapaian tingkat kinerja pengelola hutan yang optimal secara berkelanjutan. Dari segi sumber daya telah terjadi degradasi potensi tegakan dan deforestasi yang cukup besar. Masa krisis ekonomi beberapa tahun terakhir ini yang berimbas pada kemerosotan perusahaan-perusahaan besar di bidang kehutanan di daerah Maluku, telah nyata-nyata memporak-porandakan tatanan ekonomi yang dibangun dengan paradigma lama, yaitu “Timber Management and Comodity Management”. Disisi lain terlihat bahwa perusahaan-perusahaan kecil dan menengah sebagai sendi kehidupan ekonomi tingkat bawah, yang merupakan tatanan ekonomi sangat resisten terhadap krisis karena berbasis pada ekonomi sumber daya (resource-Based Economy).
Selanjutnya ...