Elisa Kissya
(Unsur Masyarakat Kewang Haruku Kabupaten Maluku Tengah)
Tak bisa dipungkiri kenyataan bahwa pembangunan yang didewakan untuk mengembangkan kualitas hidup manusia ternyata juga memiliki sisi penghancur terhadap beberapa kondisi manusia itu sendiri maupun alam lingkungannya. Ketika sisi penghancur itu menampakan diri dengan jelas, orang lalu dicelikkan matanya untuk melakukan berbagai langkah penanggulangan. Sehingga sangat wajar kalau dewasa ini berbagai perhatian diberikan untuk mendesain berbagai pola penanggulangan terhadap kenyataan kondisi penghancuran hidup manusia maupun alam sekitar. Suatu ironi bahwa dalam upaya ini orang lalu tiba-tiba kembali disadarkan bahwa sekian banyak kebajikan (pada nilai) maupun institusi tradisional adat istiadat dan kearifan lokal yang semula ditolak secara pongah dalam kerangka modernisasi, justru dapat berdampingan dengan berbagai analisa dan perangkat modern yang dipakai untuk menanggulangi akibat berbahaya dari modernisasi itu sendiri. Sering kali kearifan lokal yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya justru dipandang sebagai tidak pro pembangunan, para pengelola yang percaya pada model tradisional justru tidak mendapat porsi yang tidak sebagaimana mestinya, sering nilai itu bukan diambil sebagai instrumen kebijakan pengelolaan sumberdaya namun hanya dipandang sebagai suatu aspek seremonial dari budaya. Bertolak dari kenyataan di atas kami menyambut gembira dan merasa suatu kehormatan diundang hadir pada acara ini terutama untuk mengemukakan pengalaman kami selaku orang yang telah lama bergelimang dalam proses membangun dan mempertahankan kearifan lokal tradisional. Oleh sebab apa yang kami sampaikan disini bukanlah suatu analisis ilmiah dari suatu proses pengkajian tetapi merupakan suatu informasi bagaimana kami, masyarakat adat negeri Haruku Kabupaten Maluku Tengah mengelola lingkungan hidup termasuk hutan dengan pendekatan adat istiadat masyarakat negeri kami, yang kami warisi dari leluhur kami sejak ratusan tahun lalu. Sebagaimana masyarakat adat lainnya di Nusantara ini, pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan sumberdaya alam yang merupakan suatu kearifan lokal diwariskan secara turun temurun sebelum masyarakat itu bersentuhan dengan modernisasi itu sendiri. Kearifan yang ada saat ini bukan tumbuh karena dipaksa atau dikondisikan, namun lebih didasarkan pada proses membangun menyepakati nilai-nilai yang dapat dijadikan tolak ukur oleh para leluhur kami, nilai itulah yang berkembang menjadi filosofi hidup masyarakat adat.
Selanjutnya ...